Masalah demi masalah tampaknya
terus membayangi Persewangi. Bahkan, masalah yang kini mendera tim
kebanggaan Larosmania itu memasuki babak baru. Akibat menunggaknya gaji
selama empat bulan, pemain mulai berani melakukan mogok latihan.
Jika kondisi itu terus dibiarkan, bukan
mustahil para pemain juga akan melakukan mogok main. Padahal, sesuai
jadwal dari PT LPIS (pengelola kompetisi PSSI versi Djohar Arifin
Husen), Persewangi akan memainkan Copa Indonesia besok sore (28
Maret) melawan Persipro Probolinggo. Dan pada 31 Maret, Victor da SIlva
dkk akan memainkan laga pembuka putaran kedua Divisi Utama.
Persoalan finansial memang menjadi momok
bagi tim berjuluk Laskar Blambangan tersebut. Ini juga
dialami klub-klub sepak bola di seluruh Indonesia. Klub-klub besar
seperti Arema Indonesia, Persebaya Surabaya, Deltra Sidoarjo, dan
Persija Jakarta juga tak luput dari persoalan akut tersebut.
Namun, meski sedang diterpa krisis,
hak-hak pemain harus tetap dipenuhi. Sebab, mereka sudah melaksanakan
kewajiban sebagai seorang pemain. Sudah separo musim kompetisi dijalani
pemain. Hasilnya pun tidak terlalu mengecewakan. Persewangi mampu
bertengger di peringkat ketiga, dari sembilan tim yang ada di grup III
Divisi Utama PSSI-nya Djohar Arifin.
Sayangnya, meski kewajiban separo musim
sudah dijalani pemain, justru manajemen sendiri yang tidak bisa memenuhi
hak-hak pemain. Gaji mereka selama empat bulan belum dibayar. Uang
perskot kontrak juga belum dilunasi. Padahal, hampir seluruh pemain
Persewangi sudah memiliki keluarga yang juga butuh perhatian.
Kondisi ini tentu saja membuat pemain
tertekan. Di satu sisi harus menafkahi keluarga, di sisi lain harus
tetap membela Persewangi. Sebagai pemain profesional, sangat wajar jika
mereka melakukan mogok latihan. Apapun alasannya, manajemen harus
bertanggung jawab untuk mengatasi krisis dalam tubuh Persewangi.
Sebagai klub profesional, mereka juga
harus mengelola tim secara profesional. Jangan mengandalkan
uluran tangan dari pemerintah maupun pihak ketiga. Pengurus harus jeli
mencari sumber dana. Toh, meski sama-sama dilanda krisis, tim-tim
seperti Deltras, Arema, Persebaya, dan Persija, tetap bisa berkibar.
Padahal, mereka tidak meminta-minta sumbangan kepada masyarakat
seperti yang dilakukan manajemen Persewangi selama ini. (radar)