Sosok David Ariyanto memang tidak
bisa dilepaskan dari Persewangi Banyuwangi. Selama tujuh bulan
dia menjadi bagian penting bagi Laskar Blambangan di pentas Divisi Utama
PSSI. Sayang, problem finansial tim membuatnya hijrah ke Barito Putra.
SUARA klakson kereta api Mutiara Timur
membuat aktivitas di Stasiun Rogojampi malam itu (30/3) semakin sibuk.
Penumpang pun bergegas masuk ke dalam gerbong. Tidak lama, lonceng tanda
kereta akan berangkat berbunyi. Satu penumpang masih berada di peron
stasiun. Menenteng tas dan koper, dia juga akan menjadi bagian dari
penumpang kereta malam itu. Beberapa saat dia enggan masuk ke dalam
gerbong. Matanya masih sembab.
Dia adalah David Ariyanto. Dia mantan
pilar Persewangi. Malam itu dia hijrah ke klub barunya, Barito Putra.
Setelah membela Persewangi selama tujuh bulan, kini dia
memutuskan hengkang. Sepak terjangnya di lapangan sudah tidak perlu
diragukan. Postur David Ariyanto jangkung. Dengan tinggi 188
centimeter, dia adalah pemain tertinggi kedua dalam skuad Laskar
Blambangan. Dari Victor da Silva, tinggi badan David hanya
kalah beberapa centimeter saja. Victor da Silvalah pemain terjangkung di
skuad Persewangi saat ini.
Kelebihan postur inilah yang membuatnya
dipercaya mengawal gawang Persewangi hingga putaran pertama kompetisi
Divisi Utama PSSI tuntas. Aksi menawannya di bawah mistar beberapa kali
menyelamatkan tim dari kekalahan. Bersama yang lain, David membawa
Persewangi di posisi tiga klasemen sementara. Namun, siapa sangka pemain
binaan PSCS Cilacap itu dulu adalah seorang striker. Bersama tim lokal
di kampungnya, pengidola Gianluigi Buffon itu diplot sebagai tukang
jebol gawang lawan.
Namun, lama-lama tugas sebagai
striker membuatnya menjadi terbebani. Lalu dia memilih menjadi penjaga
gawang. Entah jodoh ataukah sudah takdir, di Piala Suratin, David
membawa PSCS Cilacap Junior menjadi kampiun dan dia inobatkan sebagai
penjaga gawang terbaik. “Sejak itu saya sudah merasa pas di posisi ini
(penjaga gawang),” ujarnya.
Kemudian, David memutuskan menimba ilmu
sepak bola lebih dalam. Diklat Mandau di Bontang menjadi
pelabuhan berikutnya. Selama dua tahun, mulai 2004 hingga 2006, dia
belajar olah tangkal bola di bawah mistar. Itulah yang membuatnya masuk
dalam skuad tim nasional Pra Piala Asia under 21 tahun. Bersama Galih
Sudaryono (Persija), Ahmad Jufriyanto (Sriwijaya FC), dan Geri Setya
(Persela), dia tergabung dalam skuad Garuda. Setelah mencicipi
gelanggang timnas di bawah asuhan Rully Nere dan Al-Hadad, David
menyeberang ke Bontang FC. Selama tiga musim dia membela tim di daerah
kaya minyak tersebut.
Setelah itu, David berlabuh ke
Persikab Bandung dan Persiwa Wamena. Setelah dari Persiwa Wamena, dia
memutuskan berlabuh di Persewangi. Itu atas saran mantan arsitek
Persiwa, Suharno. Alasannya sederhana, Persewangi adalah tim yang
memiliki tradisi melahirkan pemain hebat dan memiliki pendukung
fanatik. Ternyata itu benar-benar dirasakan David bersama Persewangi.
Kurang-lebih tujuh bulan dia merasakan atmosfer sepak bola Banyuwangi
yang hebat. Dukungan fanatik penonton menjadi kado istimewa bagi setiap
pemain Persewangi, termasuk dirinya. Apalagi, selama mengenakan
jersey Laskar Blambangan, dia turut andil dalam membawa Persewangi ke
papan atas klasemen Divisi Utama PSSI.
Kebersamaan bersama Persewangi sekarang tinggal kenangan. Portier (penjaga gawang) berusia 25 tahun itu telah memutuskan pergi ke Barito Putra.
Problem finansial yang dialami Persewangi adalah penyebabnya.
Pengalamannya menjelajah berbagai klub di tanah air, problem
finansial memang menjadi masalah klasik. Namun, menurut David, problem
finansial Persewangi adalah yang paling parah. Di beberapa klub
tunggakan gaji paling banter hanya dua bulan. Tetapi, di
Banyuwangi hampir empat bulan. Persekot kontrak juga belum dibayar.
Meski begitu, David mengaku
terkesan iklim sepak bola di Banyuwangi. Dia mengaku siap kembali lagi
bila Persewangi membutuhkannya di kemudian hari. Sebagai salam
perpisahan, David menyempatkan diri membagikan barang miliknya kepada
teman dan kenalannya. Kaus, sepatu, dan benda berharga miliknya,
diberikan sebagai kenang-kenangan. Dia berharap kepindahannya ini
menjadi hal yang terbaik baginya. Targetnya tentu saja jelas, David
ingin kembali merasakan posisi panas sebagai kiper utama timnas. “Target
itu sudah jelas dan saya butuh bermain secara reguler,” tegasnya.
(radar)